Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Siapa Gajah Mada dari Berbagai Versi

Gajah Mada adalah Mahapatih paling terkenal dari Kerajaan Majapahit dengan sumpah palapa. Namun mengenai siapa Gajah Mada yang sebenarnya masih terdapat beberapa versi yang berbeda. Beberapa versi tersebut diantaranya adalah bahwa Gajah Mada dilahirkan di Pulau Bali.

Gajah Mada dipercaya lahir sebagai hasil pancaran dari buah kelapa yang merupakan penjelmaan dari Sanghyang Narayana atau Sanghyang Wisnu. Artinya Gajah Mada lahir dengan ibu namun tanpa ayah.

Gajah Mada Anak Dewa

Dia lahir murni karena kehendak para dewa. Juga dikisahkan bahwa pada saat itu ada seorang pendeta muda yang bernama Mpu Darmayoga dan memiliki seorang istri yang sangat cantik yang bernama Nariratih. Nariratih adalah seorang wanita yang diberikan oleh gurunya yaitu Mpu Darmawisesa.

Lalu Mpu Darmayoga membuat gubuk kecil di sebelah selatan Lembah Tulis sementara istrinya masih berada di Tamansari. Jika ada kesempatan ia datang menemui suaminya. 

Karena kecantikannya seorang Dewa Brahma pun jatuh cinta pada Nariratih. Disebabkan pertahanannya jebol menahan hasratnya, hubungan antara seorang manusia dan seorang dewa itupun terjadi.

Nariratih kemudian mengadukan hal tersebut kepada suaminya. Mereka lalu pergi berbulan-bulan dalam pengembaraan. Saat kandungan sudah waktunya lahir mereka sampai di kaki gunung Semeru. Bayi yang lahir itu kelak akan menjadi tokoh yang penting.

Bayi itu kemudian lahir dan diasuh oleh Kepala Desa Mada. Bayi tersebut diberi nama Mada. Kedua orangtuanya tetap melanjutkan pengembaraan dan bertapa di puncak gunung untuk memohon keselamatan dan kejayaan pada sang jabang bayi.

Para dewa mengabulkan permohonan tersebut dan memberikan sinyal bahwa sang bayi suatu saat akan dikenal di seluruh Nusantara.

Setelah bertahun-tahun Mahapatih Majapahit datang ke desa dan mengajak anak kepala desa yang bernama Mada yang sekarang beranjak remaja untuk ikut ke Majapahit. Patih dari Majapahit itu lalu menikahkan Mada dengan putrinya.

Sang patih lalu membantu Mada untuk menggantikan kedudukannya sebagai Mahapatih Amangkubumi di Majapahit.

Anak Patih Logender

Versi lain mengatakan bahwa asal-usul Gajah Mada merupakan anak dari Patih Logender. Beberapa penjelasan secara singkat dari serat yang menjelaskan tersebut kira-kira seperti di bawah ini.

Tak lama setelah Patih Logender wafat maka putranya yang bernama Gajah Mada yang menggantikannya. Gajah Mada sangat disayangi oleh raja. Dia cukup lama tidak menikah. Tapi akhirnya dia menikah dengan makhluk halus.

Seorang sejarawan yang bernama Brandes pernah mengatakan bahwa kisah Damarwulan dan Minakjingga terjadi pada zaman Sri Suhita pada masa Kerajaan Majapahit. Menurut dia Minakjinggo adalah Bhre Wirabumi pengusaha Kedaton Timur yang berperang melawan Majapahit. Apabila kita mengikuti penjelasan dari Brandes maka Gajahmada anak Patih Logender baru ada setelah Majapahit melewati masa kejayaan.

Dalam beberapa prasasti dan kakawin Negarakertagama disebutkan bahwa Gajah Mada berperan dalam masa awal dan masa kejayaan Majapahit yaitu pada masa kekuasaan Hayam Wuruk. Artinya penjelasan dari Brandes tersebut kurang bisa diterima. Hal yang lain yang bisa didapat dari sumber ini adalah informasi yang menyatakan bahwa Gajah Mada merupakan anak dari seorang Mahapatih.

Mungkin kita maklum bahwa ayah Gajah Mada yang dinyatakan sebagai seorang Patih bukanlah sebuah informasi yang cukup akurat. Sebab dalam kisah-kisah tradisional nama tokoh sering berganti-ganti.

Versi Pararaton

Di versi lain, misalnya versi Pararaton disebutkan bahwa Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya memiliki beberapa pengikut yang setia dalam pengungsian. Mereka kemudian membuka hutan Tarik menjadi Kerajaan Majapahit.

Kita mengetahui bahwa pengikut-pengikut itu adalah Lembu Sora, Nambi, Ronggolawe, Gajah Pagon dan lain-lain. Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa salah salah satu pengiring dari Raden Wijaya yang bernama Gajah Pagon terkena tombak di pahanya dan terluka saat melawan pengikut Jayakatwang.

Namun Gajah Pagon tetap mampu melawan orang-orang Kediri yang mengejar rombongan Raden Wijaya tersebut. Setelah tentara Kediri dikalahkan, rombongan Raden Wijaya memasuki hutan di daerah Telogo Pager. Lalu mereka menuju Desa Pandaan dan disambut oleh Kepala Desa bernama Macan Kuping.

Di desa Pandaan Raden Wijaya dijamu dengan degan yang di dalamnya terdapat nasi putih. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Madura lalu meminta bantuan kepada Arya Wiraraja.

Karena lukanya yang cukup parah Gajah Pagon lalu ditinggalkan di desa Pandaan. Pararaton menyatakan saat Gajah Pagon tidak mampu berjalan. Diah Wijaya meminta kepada penghulu Desa Pandaan agar mengizinkan Gajah Pagon tinggal di Pandaan.

Sebenarnya orang Pandaan merasa keberatan karena khawatir Gajah Pagon akan ditemukan. Maka mereka mengusulkan agar Gajah Pagon tinggal di kebun bersama orang-orang tukang mengambil rumput. 

Gajah Pagon lalu dibuatkan gubuk sehingga akan aman dari orang-orang yang mengejarnya.

Raden Wijaya setuju dan Gajah Pagon ditinggalkan di gubuk itu. Makanan setiap hari disediakan oleh warga sekitar. Pararaton tidak menyebutkan lagi kisah mengenai Gajah Pagon. Orang-orang lalu menafsirkan bahwa keadaan Gajah Pagon menjadi sembuh dari lukanya.

Ada kemungkinan lain misalnya ia menikah dengan anak perempuan dari Macan Kuping. Setelah kepala desa Pandaan meninggal dunia Gajah Pagon menggantikannya sebagai kepala desa. Kemudian pemerintah kerajaan Majapahit yang telah didirikan oleh Raden Wijaya juga memberikan kedudukan kepada para pengikutnya.

Walaupun berbagai sumber menyatakan bahwa ada yang tidak puas dengan kedudukan yang diberikan tersebut namun Gajah Pagon tetap menjadi kepala desa di Pandaan.

Apa Hubungan Gajah Pagon dan Gajah Mada?

Seperti beberapa analisa sebelumnya Gajah Pagon kemungkinan besar dinikahkan dengan putri dari Macan Kuping. Setelah itu mereka melahirkan seorang anak yang diberi nama Gajah Mada.

Jadi Gajah Mada dilahirkan dan dibesarkan di desa Pandaan. Kemudian dia mendapatkan gemblengan dari ayahnya. Desa Pandaan sendiri kemungkinan besar adalah salah satu kecamatan di sebelah utara Malang. Apabila hipotesa ini benar berarti Gajah Mada lahir di Jawa Timur dan bukan di Bali.

Sebagai informasi tambahan, pada awal berdirinya Majapahit orang-orang yang cukup disegani menggunakan nama Gajah. Namun pada saat itu yang paling disegani hanyalah Gajah Pagon. Gajah Pagon sangat terkenal pada masa Raden Wijaya sedangkan Gajah Mada mulai dikenal pada masa Raja Jayanegara. Namun akibat perang Bubat karir Gajah Mada seakan langsung sirna.

Demikian analisa sederhana mengenai siapa Gajah Mada menurut berbagai versi sumber. Silakan untuk melengkapi atau mengoreksi dengan cara menulis di kolom komentar.

Post a Comment for "Siapa Gajah Mada dari Berbagai Versi"