Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Berdirinya Kediri Berkaitan Dengan Peristiwa Mahapralaya

Kita mulai cerita sejarah berdirinya Kerajaan Kediri dari Prabu Dharmawangsa. Prabu Dharmawangsa adalah raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu. Dharmawangsa mempunyai saudara yang bernama Mahendrata. Mahendrata lalu menikah dengan Udayana yang menjadi penguasa di Bali.

Berawal dari Mahapralaya

Dari pernikahan Mahendrata dan Udayana ini melahirkan seorang pangeran yang bernama Airlangga. Pada masa pemerintahan Prabu Darmawangsa terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Mahapralaya. Mahapralaya artinya kematian yang hebat atau kematian yang banyak.

Pada saat itu Prabu Dharmawangsa sedang menikahkan putrinya dengan Pangeran Airlangga dari Bali. Jadi Pangeran Airlangga masih keponakan dari raja Dharmawangsa. Pada saat pesta pernikahan sedang berlangsung raja Wurawari dari Lwaram menyerang Kerajaan Mataram Kuno yang saat itu beribukota di Wwatan. Lwaram sendiri dipercaya sama dengan Ngloram, Cepu, Blora. Jadi masih dekat-dekat dengan wilayah Arya Penangsang beberapa abad kemudian. Raja Wurawari rupanya sakit hati karena pernah melamar putri Dharmawangsa dan ditolak.

Pada saat penyerangan itu raja Wurawari dibantu oleh pasukan atau prajurit dari Sriwijaya. Sebelumnya memang Raja Dharmawangsa pernah menyerang dan memporak-porandakan kerajaan Sriwijaya. Karena diserang dalam keadaan melakukan pesta maka Kerajaan Mataram Kuno yang dipimpin Prabu Dharmawangsa kalah. Terjadi banyak sekali kematian bahkan Prabu Darmawangsa sendiri juga gugur dalam penyerbuan tersebut. 

Airlangga Mendirikan Kahuripan

Airlangga mendapatkan nasib yang mujur karena dia mampu meloloskan diri dan lari ke Wonogiri. Setelah 3 tahun dalam pelarian datanglah utusan dari rakyat Mataram Kuno yang meminta Airlangga untuk mendirikan lagi Kerajaan Mataram Kuno. 

Maka Airlangga kemudian mendirikan Kerajaan Mataram kuno dengan ibukota di Wwatan Mas. Namun setelah beberapa waktu ibukota Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Kahuripan.

Sejak saat itu Kerajaan Mataram Kuno dikenal dengan nama kerajaan Kahuripan, dan Airlangga lebih dikenal sebagai raja Kahuripan daripada Raja Mataram Kuno. Pada masa pemerintahan Airlangga terbitlah sebuah kitab yang bernama Arjuna Wiwaha karangan Mpu Kanwa.

Arjunawiwaha menceritakan perjuangan Raden Arjuna melawan raksasa yang mewakili sifat angkara murka yang bernama Niwatakawaca. Kisah ini sebagai gambaran perjuangan Airlangga yang telah mengalahkan raja Wurawari. Jadi pada masa Airlangga akhirnya raja Wurawari berhasil ditaklukan. 

Airlangga membagi Kahuripan

Airlangga tidak mau menghabiskan seluruh umurnya menjadi raja di Kahuripan. Beliau menginginkan menjadi seorang pendeta. Airlangga mempunyai tiga orang anak yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi, Samarawijaya, dan Mapanji Garasakan. Sanggramawijaya Tunggadewi menolak menjadi raja Kahuripan karena ia juga ingin menjadi pendeta. Sanggramawijaya lalu dikenal dengan nama Dewi kilisuci.

Karena masih mempunyai dua orang putra maka Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi kerajaan Kahuripan menjadi dua. Kerajaan bagian timur yang beribukota di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan. Kerajaan Kahuripan di sebelah barat yang beribukota di Daha diberikan kepada Samarawijaya. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1042 M.

Kerajaan yang beribukota di Daha dan dipimpin oleh Samarawijaya inilah yang akhirnya kita kenal dengan nama kerajaan Kediri.

Dari uraian di atas jelas bahwa raja pertama Kerajaan Kediri adalah Samarawijaya dan mulai bertahta pada tahun 1042. Namun tidak banyak cerita yang bisa kita dapatkan mengenai Samarawijaya.

Baru pada tahun 1116 nama raja Kamesywara yang berkuasa di Kediri muncul. Jadi selama 74 tahun kita tidak mengetahui bagaimana pemerintahan Samarawijaya ataukah dia saja yang memerintah Kediri atau sudah ada penggantinya.

Demikian sedikit kisah atau sejarah mengenai berdirinya kerajaan Kediri yang diawali dengan peristiwa Mahapralaya.

Post a Comment for "Sejarah Berdirinya Kediri Berkaitan Dengan Peristiwa Mahapralaya"