Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asal-usul dan Ajaran Syeh Siti Jenar


Orang Jawa biasanya mengenal Syeh Siti Jenar. Terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Tokoh yang terkenal dengan ajaran wahdatul wujud atau manunggaling kawula Gusti ini cukup menarik untuk didiskusikan.

Lebih menarik lagi karena keberadaan dan asal-usulnya masih banyak menimbulkan perdebatan.

Keberadaan dan Asal-usul Syeh Siti Jenar

Apakah Syeh Siti Jenar memang benar-benar ada? Bagi yang percaya mungkin tidak memerlukan alasan logis yang mendukung keberadaannya. Percaya ya percaya.

Namun menilik dari ajaran wahdatul wujud yang dipopulerkan oleh Syeh Lemah Abang (tanah yang berwarna merah) ini tak bisa dilepaskan dari seorang tokoh yang bernama Al-Hallaj dari Baghdad, Irak.

Bukti sejarah menyatakan bahwa Al-Hallaj pernah mengembara sampai ke India selama beberapa tahun. Di sisi lain orang-orang Islam dari Gujarat, India banyak yang berdagang sambil menyebarkan agama Islam di Jawa. 

Sangat mungkin mereka juga menyebarkan ajaran manunggaling kawula Gusti ini. Bahkan ada yang menyatakan Syeh Siti Jenar yang mencari ilmu ke Baghdad dan mempelajari ilmu ini.

Banyak juga yang berpendapat bahwa Syeh Siti Jenar adalah tokoh rekaan belaka. Ini sengaja diciptakan untuk mencegah agar ajaran manunggaling kawula Gusti tersebut tidak meluas

Lalu siapa Syeh Siti Jenar? Babad Tanah Sunda menyatakan bahwa beliau masih keturunan Rasulullah. Baik Serat Syeh Siti Jenar karangan Ki Sasrawijaya maupun karangan Harjawijaya dan Babad Tanah Jawi (Galuh Mataram) menyatakan Syeh Siti Jenar berasal dari cacing.

Meskipun ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan cacing bukanlah cacing sungguhan. Cacing di sini dimaknai berasal dari golongan rakyat kebanyakan. Namun narasi ceritanya tetap mirip, kalau tidak boleh dikatakan sama. 

Saat itu Sunan Bonang sedang membuka rahasia ilmu tingkat tinggi pada Sunan Kalijaga di sebuah perahu di tengah rawa. Karena perahu bocor maka ditambal menggunakan tanah liat yang berwarna merah.

Ternyata di dalam tanah tersebut terdapat seekor cacing. Cacing itu lalu dengan serius ikut mendengarkan wejangan Sunan Bonang tersebut. Wejangannya adalah sebuah ilmu yang konon tidak sembarang orang bisa memahami dan dilarang diajarkan secara umum.

Cacing lalu berubah menjadi manusia yang kita kenal dengan nama Syeh Siti Jenar. Tidak menyambung dengan cerita perjalanan Al-Hallaj ke India di atas ya?

Menurut Abdul Munir Mulkhan, Syeh Siti Jenar lahir pada tahun 1426 di Caruban, Cirebon. Pada masa itu wilayah ini ditempati orang-orang dari berbagai etnis. Ini adalah daerah yang mendukung aneka diskusi dari berbagai kalangan.

Syeh Siti Jenar merupakan sepupu dari Syeh Nurjati. Siapakah Syeh Nurjati? Beliau adalah guru dari Sunan Gunung Jati.

Menurut R. Ng. Soerodipoero nama asli Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang adalah Abdul Jalil yang merupakan putra Sunan Gunung Jati. Bahkan ada yang menyebut bahwa Syeh Siti Jenar adalah seorang tukang sihir yang mampu mengambil semua ilmu Sunan Gunung Jati.

Pengamal tarekat Akmaliah meyakini bahwa Syeh Siti Jenar adalah putra Raja Cirebon. Sang putra diberi tanggung jawab untuk berdakwah di seluruh pulau Jawa. Karena itu beliau lalu membuka pusat dakwah di sebuah daerah yang disebut Lemah Abang.

Ada juga naskah-naskah lain yang memberitakan bahwa Syeh Siti Jenar alias Abdul Jalil adalah seorang ulama yang lahir di Malaka. Di situ disebutkan pula silsilah jalur Abdul Jalil hingga ke Nabi Muhammad SAW. Ayah beliau bernama Syeh Datuk Sholeh yang pada tahun 1425 bersama istrinya sampai di Cirebon.

Ajaran Syeh Siti Jenar

Sangat sulit untuk menguraikan ajaran Syeh Siti Jenar secara panjang lebar dan jelas. Salah-salah menjabarkan malah bisa menimbulkan kekeliruan pemahaman. Namun secara garis besar ajaran beliau terdiri dari dua bagian penting.

a. Manunggaling kawula Gusti

Yang pertama adalah tentang wahdatul wujud, manunggaling kawula Gusti atau penyatuan antara Tuhan dan makhluk (manusia). "Ana al-Haq" adalah pernyataannya yang benar-benar mengindikasikan bahwa beliau meyakini aliran manunggaling kawula Gusti ini.

Kita mestinya juga tidak lupa dengan bagaimana penggambaran dialog antara beliau dan utusan dari Demak yang memanggilnya untuk menghadap Sultan. "Syeh Siti Jenar tidak ada, yang ada hanya Allah", atau "Allah tidak ada, yang ada hanya Syeh Siti Jenar", demikian dialog itu menjadi begitu terkenal.

Akhirnya utusan tersebut berhasil membawa beliau ke Demak setelah mengajak "Syeh Siti Jenar dan Allah" secara bersama-sama.

b. Dunia adalah alam kematian

Ajaran yang kedua: dunia ini sebenarnya adalah alam kematian. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya orang-orang yang ada di dunia ini sedang tidur panjang atau mati. Hidup yang sebenarnya adalah setelah kita meninggalkan dunia ini (mati).

Karena itu -menurut yang dikisahkan- para pengikut Syeh Siti Jenar hidup seenaknya saja. Mereka sangat tidak menghargai hidup ini dan ingin segera mati. Mereka sering membuat masalah dan menciptakan kekacauan. 

Bila ditangkap bahkan dibunuh pun bukan masalah bagi mereka karena mati memang menjadi tujuan mereka. Banyak juga yang melakukan bunuh diri.

Ini mungkin bukan penerapan dari ajaran Syeh Siti Jenar yang sebenarnya. Kekisruhan yang ditimbulkan oleh para pengikut aliran ini konon juga terjadi di Pengging. Kita tahu tokoh Pengging saat itu, Ki Kebo Kenongo adalah murid Syeh Siti Jenar.

Demikian sedikit ulasan mengenai asal-usul dan ajaran Syeh Siti Jenar yang dikutip dari beberapa sumber. Mungkin sampai kapanpun kisah ini akan tetap begini (banyak versi). Bahkan bisa-bisa malah bertambah versi-versi baru yang berbeda.



Post a Comment for "Asal-usul dan Ajaran Syeh Siti Jenar"