Wafatnya Sultan Trenggono / Trenggana Demak
Cerita yang akan saya bagikan mengenai bagaimana wafatnya Sultan Trenggono kali ini mungkin akan mencengangkan bagi Anda. Betapa tidak? Karena kisah kematian Trenggana yang merupakan raja terbesar kerajaan Demak tersebut sepertinya tidak masuk akal.
Masjid Agung Demak dan ilustrasi Sultan Trenggono |
Sumber Wafatnya Sultan Trenggono
Satu-satunya sumber yang saya ketahui (dan juga umum diketahui oleh yang tahu) mengenai bagaimana sultan Demak kedua ini wafat adalah berdasar catatan dari orang Portugis yang pernah berada di Jawa. Orang itu bernama Fernandez Mendez Pinto.
Literatur lain memang tidak ada. Kalau ada beberapa buku yang dikarang sejarawan membahas mengenai ini, yang disadur memang berasal dari catatan Pinto ini.
Hanya ada sedikit beberapa perbedaan versi mengenai sejarah ini. Hanya kejelasan siapa tokohnya saja. Namun secara garis besar jalan ceritanya tetap sama.
Kronologi Kematian Sultan Trenggana
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1546. Lokasinya berada di Panarukan Jawa Timur. Waktu itu Demak sedang melakukan ekspedisi penaklukan Blambangan dan dipimpin langsung oleh Sultan Trenggono. Pengepungan Panarukan sendiri sudah berlangsung lama, sekitar tiga bulan. Namun belum ada tanda-tanda keberhasilan.
Lokasi tepatnya berada di perkemahan pasukan Demak dimana anak Sultan Fatah tersebut sedang mengatur strategi untuk membobol benteng Panarukan. Beliau sudah mendapat informasi yang sangat penting dari tentara Panarukan yang tertangkap.
Di sela-sela pertemuan itu beliau meminta pinang dan sirih. Rupanya beliau memang mempunyai kebiasaan "nginang" yaitu mengunyah sirih dan buah pinang.
Pelayan yang disuruh masih bocah. Usianya sekitar 10 tahun. Bocah itu - karena terlalu asik ikut mendengarkan pembicaraan mengenai strategi perang - tidak terlalu memperhatikan perintah raja. Sampai disuruh berkali-kali dia masih belum beranjak juga.
Akhirnya ada seorang prajurit yang mendekatinya dan memberitahu dia bahwa dia disuruh mengambil sirih dan pinang untuk Sultan. Bocah itu lalu melaksanakan perintah tersebut.
Saat dia menyerahkan sirih itu, Sultan memukul kepalanya dengan sangat pelan. Maksudnya adalah mengingatkan agar dia tidak mengulangi lagi perbuatannya tersebut.
Apa yang terjadi berikutnya sungguh di luar dugaan. Bocah itu ternyata merasa sangat malu dan sakit hati. Dia lalu mengeluarkan golok (ada yang menyebutnya belati) dan menusuk dada Sultan. Sultan roboh dengan mengeluarkan banyak darah. Inilah yang menyebabkan wafatnya Sultan Trenggana.
Siapakah bocah 10 tahun itu? Ada yang menyebut bahwa dia adalah anak bupati Surabaya. Pramoedya menyebutnya sebagai sahabat Gelar. Gelar adalah anak Wiranggaleng. Gelar ingin membalas dendam ayahnya pada Sultan. Lalu Gelar menyuruh anak tersebut. Mana yang benar? Wallahu a'lam.
Usia Sultan Trenggana diyakini antara 63 sampai 66 tahun. Beliau memegang pemerintahaan di Demak selama sekitar 42 tahun. Sultan Trenggono adalah tokoh yang perannya sangat penting dalam perjalanan kerajaan Demak. Selain Sunan Prawoto, salah putra beliau yang lain adalah Pangeran Timur atau Raden Rangga Jumena.
Anda boleh tidak mempercayai Mendez Pinto. Anda juga boleh untuk tidak mempercayai cerita berikut ini.
Saat penyerbuan ke Panarukan itu Sunan Gunung Jati membantu Demak dengan mengirim tujuh ribu pasukan gabungan dari Jayakarta, Cirebon dan Banten. Pemimpin pasukan adalah Fatahillah.
Mendez Pinto dan 40 orang kawannya bergabung dengan pasukan Banten. Jadi berdasar keterangan ini berarti Pinto memang terlibat langsung dalam penyerbuan Panarukan tersebut.
Demikian sedikit yang bisa saya bagi mengenai wafatnya Sultan Trenggono, seorang pemimpin yang mampu membawa Demak menuju puncak kejayaan. Jika Anda mempunyai informasi lain, jangan sungkan untuk membaginya di kolom komentar.
Post a Comment for "Wafatnya Sultan Trenggono / Trenggana Demak"