Akibat Pernikahan Putri Campa dan Kertabumi
Meski beliau sudah beristri banyak, namun hatinya belum merasakan kebahagiaan dalam berumah tangga.
Pada suatu malam Pangeran Kertabumi bermimpi bertemu dengan seorang putri dari Raja Campa yang dapat memberikan kebahagiaan. Karena selalu teringat mimpinya beliau lalu mengirim Haryo Panular menghadap Raja Campa untuk melamar putrinya tersebut.
Melamar Putri Campa
Raja Campa mempunyai dua orang putri yang pertama sudah dinikahkan dengan Makdum Ibrahim Asmoroqondi dan yang kedua belum menikah. Yang belum menikah tersebut bernama Sie Tan Nio atau orang memanggilnya Sitanyon, yang nantinya lebih terkenal dengan sebutan Dewi Dworowati Murdaningrum.
Lamaran diterima dengan syarat yaitu Putri Campa diperkenankan tetap beragama Islam dan pernikahan harus dilakukan secara Islam.
Lalu Putri Campa dibawa beserta Raden Haryo Panular ke Majapahit, tetapi singgah dulu di Gresik. Maksudnya adalah menunggu jawaban apakah disetujui atau tidak syarat yang diajukan oleh Raja Campa tersebut. Jika disetujui pernikahan akan dilaksanakan secara Islam di Gresik secara diam-diam.
Mendengar laporan Haryo Panular Pangeran Kertabumi menyetujui syarat yang diajukan Raja Campa dan akan menikahi Putri Campa di Gresik secara Islam. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1446 M. Lalu Putri campa diboyong ke istana dan menjadi istri selirnya.
Pangeran Kertabumi sangat bahagia mempunyai istri Putri Campa. Bahkan rasa cintanya kepada Putri Campa nampak berlebihan di mata istri-istri yang lain.
Akibat Pernikahan Dengan Putri Campa
Saat Putri Campa sedang hamil dia sering dimusuhi dan difitnah oleh istri-istri yang lain. Bahkan istri-istri yang lain itu membuat fitnah dan tipu daya kepada Putri Campa agar berpisah dengan Pangeran Kertabumi. Tidak hanya itu usaha pembunuhan pada Putri Campa juga pernah terjadi, Namun usaha tersebut tidak membawa hasilAkibat pernikahan dari Pangeran Kertabumi dari Putri Campa banyak sekali, diantaranya adalah: Rajasawardhana ayah dari Pangeran Kertabumi tertunda dinobatkan menjadi Raja Majapahit karena mempunyai menantu Putri Campa yang beragama Islam.
Setelah Suhita wafat pada tahun 1447 M seharusnya yang berhak mengganti Suhita pada waktu itu adalah Rajasawardhana. Namun pendukung Dyah Kertawijaya yang ikut menjadi anggota dewan Saptaprabu, menolak Rajasawardhana menjadi raja dengan alasan yang sengaja di rekayasa, namun tetap masuk akal.
Dewan Saptaprabu adalah dewan yang dibentuk untuk memutuskan masalah-masalah yang berhubungan dengan pemerintahan kerajaan Majapahit, dan anggotanya dipilih dari keluarga Majapahit sebanyak 7 anggota.
Alasan yang dikemukakan oleh pendukung Dyah Kertawijaya adalah bahwa Rajasawardhana punya menantu Putri Campa yang beragama Islam. Putri Campa diperlakukan melebihi permaisurinya. Padahal saat itu permaisuri Kertabumi sudah mempunyai anak laki-laki yang bernama Raden Bondan Surati.
Mereka bertanya apa jadinya Majapahit nanti bila Putri Campa melahirkan anak laki-laki? Apakah tidak mungkin putranya itu menuntut hak tahta kerajaan Majapahit, karena Putri Campa diperlakukan oleh Kertabumi melebihi permaisuri? Bukankah sering dilihat bahwa Kertabumi sering meminta kepada Putri Campa dalam menyelesaikan masalah kerajaan?
Peranan Putri Campa yang begitu besar, nantinya akan dapat mempengaruhi Kertabumi untuk memilih anak Putri Campa daripada menunjuk Raden Bondan Surati anak dari permaisuri raja. Siapa yang berani bertanggung jawab, bila nanti Putri Campa itu sudah menjadi raja tidak akan merubah kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Islam?
Banyak contoh anak istri selir dipilih menjadi raja, diantaranya: Raja Suhita dipilih menjadi Raja Majapahit, padahal beliau anak dari istri selir Wikramawardhana, biarpun saat itu banyak diketahui, selain Suhita banyak yang lebih berhak.
Contoh lain seperti isi cerita Mahabharata, Prabu Bisma anak permaisuri Raja Astina rela menyerahkan tahta kerajaan Astina karena selir ayahnya menuntut kerajaan Astina diserahkan kepada anaknya yang bernama Pandu Dewanata.
Diplomasi dan argumen yang dikemukakan oleh pendukung Dyah Kertawijaya, mendapat sanggahan dari pendukung Rajasawardhana. Adu argumen silih berganti di antara kedua belah pihak.
Gagal Menjadi Raja Majapahit
Akhirnya anggota Dewan Saptaprabu setelah menimbang-nimbang memutuskan: adik tiri Rajasawardhana yang bernama Dyah Kertawijaya diangkat menjadi raja dan bergelar Brawijaya 1 dan Rajasawardhana dapat menduduki tahta kerajaan setelah Dyah Kertawijaya. Dengan syarat, jika Putri Campa mau beragama Hindu dan Pangeran Kertabumi mau menceraikannya.
Pada tahun 1447 M Dyah Kertawijaya resmi dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Brawijaya 1 menggantikan Prabu Suhita yang sudah wafat.
Dari uraian di atas kita mendapat simpulan akibat pernikahan dengan Putri Campa adalah Kertabumi gagal menjadi raja Majapahit. Tidak hanya itu, ternyata kehadiran Putri Campa di Majapahit menimbulkan kebencian dan kecurigaan berbagai kalangan. Namun akhirnya nanti Kertabumi berhasil menjadi raja Majapahit dan keturunan dari Campa berhasil menjadi raja-raja Islam di Jawa. Semoga ada hikmah yang bisa kita ambil dari cerita ini.
Post a Comment for "Akibat Pernikahan Putri Campa dan Kertabumi"